MAKALAH PENGKAJIAN NYERI PADA ANAK : MATERI KULIAH KEPERAWATAN ANAK
PENGKAJIAN
NYERI PADA ANAK
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Anak
MAKALAH
Di
susun oleh :
Neng
Restu Juwita Sari (220110146010)
Rini Nuraeni (220110146011)
Asmi Dinul Islami (220110146012)
Ipan Juliansyah (220110146013)
Yoga Abdul Manaf (220110146014)
Agiesta Sephya Shobarina (220110146015)
Rianti Kesumawati (220110146016)
Tiara Sagita Dewi (220110146037)
Fitri Aprianti (220110146018)
Tingkat
IV A
DIREKTORAT
PENDIDIKAN DAN KEMAHASISWAAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1
Definisi Nyeri
International
Association For Study of pain disingkat (IASP) mengatakan bahwa nyeri adalah
sensor subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan. (James and Ashwill, 2007).
Berman,
Snyder, Kozier, dan Erb (2009) menyatakan bahwa nyeri adalah sensasi yang
sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan
orang lain
2.2
Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat dijelaskan
berdasarkan durasi, lokasi, atau etiologi (Berman, Snyder, Kozier, dan Erb 2009), sebagai berikut :
1.
Berdasarkan lama atau durasinya
a. Nyeri
akut
Nyeri akut adalah nyeri yang
dirasakan selama periode penyembuhan yang diharapkan, baik yang awitannya
tiba-tiba atau yang lambat dan tanpa memperhatikan intensitasnya. Nyeri akut
pada anak, contohnya : nyeri tindakan invasive, nyeri pasca operasi, sakiut
kepala, sakit perut, dan lainnya.
b. Nyeri
kronik
Nyeri kronik adalah nyeri yang
berlangsung berkepanjangan, biasanya nyeri berulang atau menetap sampai 6 bulan
atau lebih, dan mengganggu fungsi tubuh. Contoh nyeri akut pada anak antara
lain nyeri kanker dan nyeri sedasi perawatan akhir hidup.
2.
Berdasarkan sumbernya
a. Nyeri kutaneus/supervisial, yaitu nyeri yang
beasal dari jaringan kulit atau subkutan, contohnya luka akibat teriris kertas
yang menimbulkan nyeri tajam dengan sedikit rasa terbakar.
b. Nyeri
somatik dalam, yaitu nyeri yang berasal dari ligamen, pembuluh darah, tulang,
tendon dan syaraf. Nyeri menyebar dan cenderung berlangsung lebih lama
dibandingkan nyeri kutaneus, contohnya adalah nyeri pengalaman kaki yang
terkilir.
c. Nyeri viseral, nyeri yang dihasilkan dari
stimulasi reseptor nyeri dalam rongga abdomen, kranium dan thorak. Nyeri
viseral sering kali disebabkan karena spasma otot, iskemia, atau regangan
jaringan. Obstruksi usus akan mengakibatkan nyeri viseral.
3.
Berdasarkan lokasi/letak
a. Nyeri
radiasi
Nyeri radiasi adalah nyeri yang
menyebar, disarankan pada sumber tempat nyeri dan menyebar ke jaringan
sekitarnya, contohnya nyeri jantung tidak hanya dirasakan dibagian dada namun
menyebar kesepanjang bahu kiri dan turun ke lengan
b. Nyeri
Alih (Referred Pain)
Nyeri alih adalah nyeri yang
dirasakan jauh dari yang menyebabkan nyeri. Nyeri alih contohnya yaitu, nyeri
bagian visera abdomen yang dirasakan dibagian kulit yang jauh dari organ
penyebab nyeri
c. Nyeri
yang tidak dapat dilacak (intractable Pain)
Nyeri yang tidak dapat dilacak
adalah nyeri yang sulit diatasi, misalnya nyeri pada keganasan atau kanker
maligna.
d. Nyeri
neuropatik
Nyeri yang disebabkan oleh
kerusakan sistem syaraf pusat/tepi. Nyeri neuropatik berlangsung lama, tidak
menyenangkan, dan dapat digambarkan sebagai rasa terbakar, tumpul, dan gatal:
nyeri tajam, seperti ditembak dapat juga dirasakan.
e. Nyeri
Phantom
Nyeri phantom adalah sensasi yang
sangat menyakitkan yang dirasakan pada bagian tubuh yang hilang (mis, kaki yang
diamputasi) atau yang mengalami paralisis karena cedera medula spinalis. Nyeri
neuropatik dapat dibedakan dari sensasi phantom yaitu perasaan bahwa bagian
tubuh yang hilang masih tetap ada.
4.
Berdasarkan penyebab/etiologi
a. Nyeri
fisik
Nyeri fisik adalah nyeri yang bisa
terjadi karena stimulus fisik (mis, fraktur femur).
b. Nyeri
Psycogenic
Nyeri psycogenic terjadi karena
sebab yang kurang jelas atau sulit diindentifikasi, bersumber dari emosi atau
psikis dan biasanya tidak disadari (mis, seseorang yang marah-marah, tiba-tiba
merasa nyeri pada dadanya) nyeri mungkin saja disebabkan oleh perpaduan kedua
etiologi.
2.3
Prinsip pengkajian nyeri
Respon anak terhadap
nyeri mengikuti pola perkembangan dan dipengaruhi temparemen, kemampuan koping,
dan pajanan terhadap nyeri dan prosedur menyakitkan sebelumnya. Pengkajian
nyeri perlu menggunakan strategi untuk pengkajian membantu dalam memperoleh
hasil pengkajian nyeri yang lebih akurat. Strategi-strategi ini termasuk
menanyakan anak (dengan kata-kata yang sesuai tingkat perkembangan kognitif dan
bahasa) orang tua, pengamatan perilaku dan respon psikologik, serta penggunaan
skala nyeri (Kathlellen, 2008)
Pengkajian nyeri pada
anak yang menyeluruh dan akurat adalah kunci untuk menentukan intervensi nyeri
yang baik dan efektif (Potts & Mandleco, 2012). Pengkajian nyeri terdiri
dari dua komponen utama yaitu riwayat nyeri untuk mendapatkan data klien dan
observasi langsung terhadap respon perilaku dan psikologis klien (Berman,
Snyder, Kozier, dan Erb 2009)
Hockenberry&Wilson
(2009) menyatakan bahwa terdapat 3 tipe pengukuran nyeri yang telah dikembangkan
untuk mengukur atau menilai nyeri pada anak, yaitu behavioral measures,
physiologic measures, and self repport measures, yang penerapannya bergantung
pada kemampuan kognitif dan bahasa anak.
2.4
Wawancara nyeri dan riwayat nyeri
Pengkajian
awal pada anak meliputi riwayat nyeri dan informasi kompherensif tentang
pengalaman nyeri anak pada masa lalu, strategi perawatan, dan segala sesuatu
yang disukai anak perawat perlu menanyakan kepada anak dan pengasuh anak (mis,
orang tua) tentang intevensi dan strategi koping yang telah berhasil dimasa
lalu. Pengkajian nyeri meliputi PQRST (Perensence Of Pain, Quality, Radiation,
Saverity, Timing) yang dilakukan oleh perawat dengan cara mewawancarai orang
tua (atau primary kare provider) dan anak.
Dan
kemudian anak diberi kesempatan untuk menggambarkan dan menilai rasa nyerinya
dengan menggunakan skala pengukuran nyeri. Pada anak-anak secara perkembangan
kognitif belum mampu menggambarkan atau mengungkapkan nyeri yang dirasakannya,
perawat melakukan pengkajian kepada orang tuanya. Informasi yang diberikan
orang tua harus dihargai sebagai jawaban klien
Pengkajian nyeri secara
sistematis untuk memperoleh riwayat nyeri akan menunjukan penilaian yang lebih
komprehensif (Potts & Mandleco, 2012)
Pengkajian nyeri
berdasarkan tingkat perkembangan (James & Ashwill, 2007) yaitu:
a.
Neonatus dan bayi
·
Biasanya menunjukan perubahan dalam
ekpresi wajah, termasuk mengerutkan kening, menyeringai, alis berkerut,
ekspresi terkejut dan wajah berkedip
·
Menunjukan peningkatan tekanan darah dan
denyut jantung dan penurunan saturasi oksigen.
·
Bersuara tinggi, tegang, menangis keras.
·
Ektremitas menunjukan tremor
·
Menuntukan lokasi nyeri, memijart daerah
tersebut dan menjaga bagiannya
b.
Toddler
·
Menunjukan dengan menangis keras
·
Mampu menyampaikan secara verbal unruk
menunjukan ketidak nyamanan seperti “ aduh “, “sakit”
·
Mencoba untuk menunda prosedur karena
dianggap menyakitkan
·
Menunjukan gelisah umum
·
Menyentuh area yang sakit
·
Lari dari perwat
c.
Pra sekolah
·
Sakit dirasakan sebagai hukuman atas
sesuatu yang mereka lakukan
·
Cenderung menangis
·
Menggambarkan lokasi dan intensitas
nyeri
·
Menunjukan regresi untuk prilaku
sebelumnya, seperti kehilangan kontrol
·
Menolak rasa sakit untuk menghindari
kemungkinan di injeksi
d.
Sekolah
·
Menggambarkan rasa sakit dan mengukur
intensitas nyeri
·
Menunjukan fostur tubuh kaku
·
Menunjukan penarikan
·
Menunda untuk melakukan prosedur
e.
Remaja
·
Merasakan nyeri pada tingkat fisik,
emosi dan kognitif
·
Mengerti sebab dan efeknya
·
Menggambarkan rasa sakit dan menguur
intensitas nyeri
·
Meningkatkan tegangan otot
·
Menunjukan penurunan aktivitas mototrik
·
Menyebutkan kata sakit atau berdebar
untuk menjelaskan nyeri
2.5
Pengukuran nyeri
Sejumlah cara penilaian
nyeri telah dikembangkan untuk mengukur nyeri pada anak. Pengukuran nyeri
dibagi menjadi 2 kategori, yaitu : pengukuran objektif (objective measure)
digunakan untuk mengobservasi skor parameter perilaku (behavioral measure) atau
psikologi (physiologic measure) dan pengukuran subjektif (sebjective measure)
yaitu laporan diri (self report measure) yang digunakan agar anak dapat
mengukur nyerinya (Hockenberry & Wilson, 2009; Potts & Mandleco, 2012)
a.
Pengukuran Objectif (objective measures)
1) Behavioral
Measure
Perngkajian perilaku sangat berguna
untuk mengukur nyeri pada bayi dan anak preverbal yaitu anak yang belum
memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan nyeri yang dirasakan, atau pada anak
dengan gangguan mental yang memiliki kemampuan yang terbatas dalam me
nyampaikan kalimat yang memiliki arti. Pengukuran ini bergantung pada observer
dalam mengamati dan merekam perilaku anak misalnya vokalisasi (suara), ekspresi
wajah, dan gerak tubuh yang menunjukan ketidaknyamanan dalam mengukur nyeri
akut, nyeri dari prosedur yang tajam seperti injeksi dan pungsi lumbar, namun
kurang realibel saat mengukur nyeri yang berkepanjangan (Hockenberry &
Wilson, 2009). Terdapat beberapa skala pengkajian perilaku nyeri yang sering
digunakan, antara lain (James & Ashwill, 2007; Hockenberry & Wilson,
2009; Potts & Mandleco, 2012) :
a) FLACC
Pain Assessment Tool
Skala ini digunakan untuk mengkaji
intensitas nyeri pada anak mulai usia 2 bulan – 7 tahun. Skala ini terdiri dari
5 penialain dengan skor total 0 untuk tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri hebat.
Penilaian tersebut adalah ekspresi
muka (0-2), gerakan kiri (0-2), aktivitas (0-2), menangis (0-2), kemampuan
dihibur (0-2). Hasil skor perilakunya adlah : 0 untuk rileks dan nyaman, 1-3
nyeri ringan/ ketidaknyamanan ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-10 nyeri
hebat/ketidaknyamanan berat.
Sumber : Potts & Mandleco, 2012
b) The Children’s Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOPS)
Skala ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak usia 1-5
tahun skala ini terdiri dari 6 kategori dengan skor total 4 untuk tidak ada
nyeri dan 13 untuk nyeri hebat.
c) The
todler – Preschooler Postoperative Pain Scale (TPPPS)
Skala ini digunakan untuk
mengobservasi nyeri pasca operasi pada anak usia 1-5 tahun. Skala ini terdiri
dari tiga kategori perilaku nyeri yaitu :
1. Keluhan
nyeri secara verbal
2. Ekspresi
wajah
3. Ekspresi
nyeri tubuh
d) Deferens
Postoperative Pain Rating Scale (PPPRS)
Skala ini adalah skala yang dapat
digunakan orangtua untuk menilai nyeri yang dirasakan anak mereka dengan
mencatat perubahan perilaku anaknya.
e) Neonatal
Infant Pain Scale (NIPS)
Skala ini mengkaji intensitas nyeri
pada bayi dengan rata-rata umur kehamilan 33,5 minggu. Skala terdiri dari enam
variable penilaian dengan total score 0 untuk tidak ada nyeri sedangkjan 7
nilai nyeri hebat. Variable yang dinilai adalah ekspresi wajah (0-1), menangis
(0-2), pola pernafasan (0-1), tangan (0-1), kaki (0-1), dan kepekaan terhadap
rangsangan (0-1).
f) CRIES
(Crying, Requiring, Increased, Oksigen, Increased Vital Sign, Ekspresion, and
Sleeplessness)
Skala ini digunakan untuk mengkaji
intensitas nyeri pasca bedah neonatal (0-6 bulan) yang baru. Skala ini terdiri
dari 5 penilaian dengan score total 0 untuk tidak ada nyeri dan 10 untuk nyeri
hebat. Penilaian tersebut adalah menangis (0-2), peningkatan kebutuhan oksigen
tambahan (0-2), peningkatan tanda vital (0-2), ekspresi (0-2), tidak bisa tidur
(0-2).
g) Skala
nyeri post operasi (post operative pain score/POPS)
skala
ini di gunakan untuk mengkaji nyeri pada bayi usia 1-7 bulan. Skala ini terdiri
dari 10 penilaian dengan masiang-masing skor 0-2 dengan rentang skor total 0
untuk nyeri hebat dan 20 untuk tidak nyeri. Variabel yang di nilai adalah tidur
(0-2), fleksi jari-jari tangan maupun kaki (0-2), exoresi wajah (0-2),
kemampuan menghisap(0-2), kualitas menangis (0-2), suara (0-2), rangsangan
spontan (0-2), consolability (kemampuan dihibur) (0-2), keramahan (0-2).
h) pain
assessment tool (PAT)
Skala
ini di guakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada bayi dengan umur kehamilan
27 minggu sampai matur. Skala ini terdiri dari 10 variabel penilaian dengan
skor total 4 untuk tidak ada nyeri dan 20 untuk nyeri hebat. Variabel tersebut
adalah sikap/suara (1-2), pernafasan (1-2), pola tidur (0-2), frekuensi jantung
(1-2), ekpresi (1-2), saturasi (0-2), warna (0-2), tekanan darah (0-2),
menangis (0-2), persepsi perawat (0-2).
i)
pain ranting scale (PRS)
skala
ini di gunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada bayi umur 1-36 bulan. Skala
ini terdiri dari 6 penialaian dengan skor total 0 untuk tidak ada nyeri dan 5
untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah tersenyum, tidur tidak ada
perubahan ketika di gerakan maupun di sentuh (0), membutuhkan sedikit
kata-kata, gelisah bergerak, menagis (1), perubahan perilaku, tidak mau
makan/minum, menangis dengan periode pendek, menglihkan perhtian dengan
bergoyang atau dot (2), peka rangsang, tangan dan kai bergerak-gerak, wajah
menangis (3), menggapai-gapai, meratap dengan nada tinggi, orang tua meminta
obat untuk mengurangi nyeri, tidak dapat mengalihkan perhatian (4), tidur yang
lama terganggu sentakan, terus menerus, pernafsan cepat dan dangkal (5).
j)
objective pain score (OPS)
skala
ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak mulai 4 bulan sampai 18
tahun. Skala ini terdiri dari 5 penilaian dengan skor total 0 untuk tidak ada
nyeri dan 10 untuk nyeri hebat. Adapun penilaian tersebut adalah tekanan daran
(0-2), menangis (0-2), bergerak (0-2), agitasi(0-2), dan bahasa tubuh (0-2).
k) nurses
assesment of paint inventory (NAPI)
skala
ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak baru lahir sampai 16
tahun. Skala ini terdiri dari 3 penilaian dengan skor total 0 untuk tidak ada
nyeri dan 7 untuk nyeri hebat.penilaian tersebut adalah gerak tubuh (0-2),
wajah (0-3), da menyentuh (0-2).
l)
behavioral pain score (BPS)
skala
ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada anak usia 3-36 bulan. Skala
ini terdiri dari 3 penilaian dengan skor total 0 tidak ada nyeri dan 8 untuk
nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah ekspresi wajah (0-2), menangis (0-3),
dan bergerak (0-3).
m) modified
behavioral pain score (MBPS)
skala
ini digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri pada usia 4-6 bulan. Skala ini
terdiri dari 3 penilaian dengan skor total 0 untuk todak ada nyeri dan 10 untuk
nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah ekspresi wajah (0-3), menangis (0-4),
dan gerak (0,2,3).
n) riley
infant scale (RIPS)
Skala
ini digunakan untuk mengkaji i tensitas nyeri pada usia lebih dari 36 bulan.
Skala ini terdri dari 3 penilaian dengan skor total 0 untuk tidak ada nyeri dan
3 untuk nyeri hebat. Penilaian tersebut adalah wajah netral, tenang, tidur
tenang, tidak ada teriakan, consolable, bergerak dengan mudah (0); mengerutkan
kening, gerakan tubuh gelisah, sudah tidur, merintih, meringis, dengan sentuhan
(1), gigi terkatup, agitasi moderat, tidur sebentar-sebentar, sulit untuk di
hibur, menangis (2), dan ekpresi menangis penuh, meronta-ronta, tidur waktu
yang lama terganggu oleh sentakan atau tidak tidur, menangis dengan nada
tinggi, tidak dapat di hibur, menjerit ketika di sentuh/pindah (3).
2) Physiologic
measures
Pengukuran
fisiologis dapat dipisahkan dari repon tubuh terhadap nyeri dan bentuk stress
dan lainnya pada tubuh. Perubhan fisiologis secara mendalam/besar seringkali
myertai pengalaman nyeri. Parameter fisiologis, antara lain denyut nadi,
pernafasan, tekanan darah, telapak tangan berkeringat, level kartison, oksigen
transkutaneus, vagal tone, dan konsentrasi endhorpin. Parameter ini tidak
menunjukan lokasi nyeri, tetapi memberikan informasi yang berguna mengenai
tingkat distress (keadaan bahaya) untuk secara umum yang mengalai nyeri.
Penilaian nyeri secara fisiologis berguna pada infant dan anak yang tidak bisa
berkomunikasi secara verbal (Hockenberry & Wilson, 2009).
b.
Pengukuran subjektif (subjective- self
report measures)
semua
jenis rasa nyeri, informasi terpentik dapat di peroleh ketika anak mengukur rasa
nyeri itu sndiri. Beberapa metode membatu anak-anak dalam mengukur nyeri mereka
sendiri. Pemilihan ukuran tertentu dapat harus di dasarkan pada tigkat
perkembangan anak dan kesukaan, kebijakan institusi, dan ketersediaan
instrumen. Sebuah ukuran kuantitatif nyeri juga menambah validitas ketika
mendiskusikan oengbatan nyeri dengan anggota tim perawatankesehatan karena
melaporkan nyeri anak dengan angka atau langkah-langkah yang lebih kredibel
dari pada mengatakan “dia bilag dia sakit” (potts & mandleco, 2012).
Terdapat beberapa skala pengukuran nyeri pada anak, antara lain (Hockenberry
& Wilson, 2009)
1) Faces
Pain Rating Scale (Wong and Baker, 1998)
Skala ini digunakan
pada usia 3 tahun dan usia yang lebih tua.
2) Oucher
(Beyer, Denyes and Villarruel, 1992)
Skala ini digunakan
pada anak usia 3-13 tahun.
3) Word
Graphics Rating Scale (Tesler, Savedra, Holzemer, and others, 1991)
Skala inidigunakan pada
anak usia 4-17 tahun.
4) Numeric
Scale
Skala ini digunakn pada
anak usia 5 tahun dan anak usia yang lebih tua.
5) Visual
Analog Scale (VAS) (Cline. Herman, Shaw, and others, 1992)
Skala ini digunakan
pada anak usia 4,5 tahun dan usia yang lebih tua; pada umumnya pada anak usia 7
tahun
2.6 Penatalaksanaan Nyeri
Nyeri dapat memperngaruhi psikologis dan perilaku,
intervensi non farmakologis penting dalam mengubah persepsi nyeri/perilaku.
Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi rasa takut, penderitaan dan
meminimalkan rasa sakit dan meningkatkan pengendalian rasa nyeri pada anak
(Ekweueme. 2009). Intervensi non farmakologis harus cocok untuk anak, dan agar
efektif teknik harus sesuai tahap perkembangan, keperibadian, dan keadaan
sekitar anak.
(James & Ashwill,
2007) teknik-teknik ini dapat ditetapkan dalam 3 kategori besar (ekweume,
2009), antara lain :
-
Metode kognitif yang meliputi
pendidikan/persiapan, musik, imagery guided, distraksi dan hipnosis
-
Metode perilaku diantaranya adalah
teknik relaksasi otot, progresif, latihan biofeedback, kontrol pernafasan dan
hipnosis
-
Metode fisik misalnya kompres hangat
atau dingin, pijat dan sentuhan, transkutan stimulasi syaraf listrik (TENS),
akupuntur/akupresur, dll.
Penatalaksanaan
nyeri secara non farmakologis pada anak antara lain (James & Ashwill, 2007;
Potts & Mandleco, 2012) :
a. Distraksi
Prinsip distraksi ialah
mengalih fokus anak terhadap nyeri yang dirasakan kepada hal kegiatan lain yang
disenangi seperti mendengarkan musik, bermain, menonton video dan lainnya.
b. Breathing
Techniques
Pola pernafasan
tertentu diatur agar dapat meningkatkan relaksasi anak. Tekhik pola pernafasan
membutuhkan konsentrasi dan perhatian anak sehingga mengambi pikiran dari rasa
sakit prosedural. Dua jenis teknk pernafasan dapat digunakan : pernafasan dada
berirama dalam dan berpola pernafasan dangkal.
c. Guided
Imagery
Imajinasi dipandu
adalah proses relaksasi dan fokus konsentrasi pada membayangkan gambar. Guided
Imagery berguna untuk kecemasan pra operasi dan manajemen nyeri pasca operasi.
Anak didorong untuk membayangkan berada ditempat favorit dan kemudian
membayangkan pemandangan, suara dan bau di tempat favorit tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Berman, A., Snyder, S., Kozier, B.,
& Erb,G (2009). Buku Ajar Praktik Keperwatan klinik koziet dan erb. Jakarta
: EGC
Ekwueme, H. (2009) Non-Pharmacological Management Of
Pain in children.
Hockenberry,
M.J., & Wilson, D (2009) Wong’s essential of pediatric nursing. (8th
ed) St. Louis : Mosby Elsevier.
James SR., & Ashwill, J. W
(2007) Nursing care of children principles & practice (8th ed).
St louis : sounders Elsevier
Potts, N.L., & Mandleco, B.L.
(2007). Pediatric nursing caring for
children and their families. (3rd ed). New York: thomsom Delmar
Learning
Potts, N.L., & Mandleco, B.L.
(2012). Pediatric nursing caring for children and their families. (3rd
ed). New York: Delmar Cengange Learning
Komentar
Posting Komentar